Jumat, 08 Februari 2013 - 0 komentar

Ganjl Sebulan

Ganjil sebulan sudah tidak ada dering hape khusus yang saya setel sebagai tanda pesan dari dia. 

Memang, pada mulanya itu terasa sungsang, karena sebelum-sebelumnya, setidaknya satu kali sehari, dering itu pasti memekik. Namun kelanjutannya biasa-biasa saja. Seolah tak pernah terjadi apa-apa. Meski kejadian ini bisa dibilang cukup aneh, bila mengingat pola komunikasi yang sudah-sudah.

Terakhir kali pesan itu datang hanya sekelumit pernyataan bahwa saya sekarang sudah berubah menjadi orang sombong. 

Sombong?
Saya juga tidak tahu definisi sombong yang dia maksud. Saya hanya membalas singkat saja. 

"Apa sih yang bisa gue sombongin? Nothing 'kan?"

Maka setelah balasan itu tidak ada lagi pesan selanjutnya hingga 31 hari sekarang ini. 

Apa aku merasa kehilangan? Ya. Cukup kehilangan. 

Rasa-rasanya seperti membiasakan minum kopi susu setelah saklek dengan kopi hitam. Meski terasa manis, tetap saja lain di lidah dan juga perut. Bagaimana pun, saya masih lebih suka dengan kopi hitam. 

Tak apa. Toh nikmatnya kopi hitam hanya saya sendiri yang bisa merasakan. Ketika legit, kelat, dan asam bercampur di lidah, saya bisa mengecap bahwasanya hidup ya begini. Pahit tapi Manis. Murni tanpa dibuat-buat. Sehingga hilangnya kamu dari ponsel saya pun saya maknai seperti minum kopi saja. 

Saya juga tidak lagi berharap pesan-pesan darinya itu kembali datang. Bila memang datang, ya datanglah. Lagi pun saya sudah berjanji untuk tidak menggonta-ganti nomor telepon genggam saya seperti anak alay. 

Sekarang, saya hanya sedang belajar menggenapkan keganjilan ini. Biar mungkin kaukata lupa, sombong, jual-mahal atau apalah yang menurutmu pantas, saya tetap bergeming. Bahwa saya masih ingin menikmati kopi hitam ini sendirian.

Saya juga amat yakin, bahwa kamu selalu tahu bagaimana cara menghubungi saya. Lagi. 

Mari menyeduh kopi hitam. 

Salam,
Fatih.

0 komentar:

Posting Komentar