Selasa, 16 Desember 2014 - 0 komentar

Di Warung Kopi, Tak Boleh Duduk Seorang Diri

photo by: @muftih

Riuh serupa pasar di balik dua lebar daun pintu besi
Ada yang membincangkan ikan-ikan di laut tak tertangkap
Ada yang menggemingkan harga gula menggila
Ada yang merungsingkan listrik tak lagi menyala
Ada yang membualkan tetangga membeli mobil baru 
padahal rumahnya tak bergarasi

Tak ada lengang di bilik ini,
Apalagi sepi yang dipunya anjing kudis lapar yang terkapar di tepi jalan
Semua yang terdengar di telinga kiri-kanan adalah tawa-tawa
Hidup, bagi mereka, ada untuk ditertawakan
Sambil membasahi mulut dengan kopi hitam atau yang dipadu susu

Hening haram singgah di sini
Tapi, seorang nekat membawanya kemari
Pria bermahkota putih dengan punggung bungkuk, duduk
memesan secangkir kopi
Dari saku baju kumalnya
Ia cuatkan hening
dan menangis tersengguk seorang diri
Isak yang disamarkan tawa-tawa menggema
Air mata yang diusap cerita-cerita
Lelaki ringkih itu tak bisa berbagi
Kopinya di atas meja hinggakan masin

Karena dia lupa, di warung kopi, terpajang pamflet;
Tak boleh duduk seorang diri.


Kijang, September 2014

0 komentar:

Posting Komentar